MENGEJUTKAN .. !! Ini Alasan Anies-Sandi Urung Hadiri Acara Rosi Di Kompas TV




Rosiana Silalahi bersama Djarot Saiful Hidayat dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat memulai acara yang sedianya merupakan debat antara pasangan calon pada Pilkada DKI 2017 di Jakarta, Minggu (2/4/2017).

Ada sebuah perbedaan yang sangat mencolok antara debat, blusukan, dan juga pidato dalam konsep berkampanye. Ketiga hal ini adalah hal yang lumrah dilakukan demi menggaet simpati publik dan juga menunjukkan kemampuan dan mental masing-masing calon dalam pagelaran Pilkada. Dalam proses Pilkada DKI, tiga hal ini sudah ditampilkan dalam putaran pertama DKI.


Kemampuan calon untuk tampil bagus dalam tiga model kampanye ini ternyata menunjukan karakter dan kemampuan sang calon kepala daerah. Calon nomor urut 1, Agus Harimurti Yudhoyono, tidak mau tampil dalam debat di televisi dan memilih melakukan blusukan ke banyak titik dan melakukan pidato di hadapan para pendukungnya. Hal yang bisa dimaklumi karena AHY mendadak nyagub.

Calon nomor urut 2, Basuki Tjahaya Purnama, meski mengaku tidak begitu suka dan lihai berkampanye dan bisanya kerja, melakukan tiga model kampanye tersebut. Porsi pidato paling minim dilakukan, paling hanya menyampaikan sesuatu dengan singkat dan padat untuk menyemangati para relawan, pendukung, dan simpatisan yang berada di Rumah Lembang.

Calon nomor urut 3, Anies Baswedan, juga melakukan tiga model kampanye tersebut. Anies berani tampil dimana saja dan berani berkata apa saja. Walau kadang apa yang disampaikan tidak nyambung dan tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan.

Diantara ketiga model kampanye tersebut, urutan berdasarkan tingkat kemudahan melakukannya maka peringkat pertamanya adalah pidato, kedua adalah blusukkan, dan ketiga adalah debat. Pidato menjadi model kampanye paling mudah karena hanya menyampaikan sesuatu yang sudah dikonsep, sedangkan debat paling susah karena harus berhadapan dengan lawan yang bisa mendikte diri kita.

Dalam cuitannya, Politisi yang merupakan anggota komisi II DPR RI, Budiman Sudjatmiko, menyebutkan perbedaan mencolok antara debat dan pidato yang tidak semua orang bisa dan mampu melakukannya. Jikalau pidato butuh mental tampil di hadapan banyak orang, maka debat harus punya mental dobel karena harus juga berhadapan dengan lawan yang bisa mempengaruhi emosi kita.


Pernyataan Budiman ini benar sekali. Kalau tidak kuat mental, maka dalam debat yang terjadi adalah kita akan kedodoran dengan jawaban dan pertanyaan erangan yang ditujukan kepada kita. Apalagi seringnya, pertanyaan tidak kita ketahui, sehingga dibutuhkan bukan sekedar pengetahuan tetapi juga mental untuk bisa menjawab pertanyan tersebut dengan baik.

Tidak kuatnya mental juga membuat kita bisa tidak lagi fokus menjawab pertanyaan dan pada akhirnya malah terlihat emosi dan mulai melakukan tindakan menyerang karakter lawan. Bahkan karena sudah begitu tertekannya, kebohongn-kebohongan pun bermunculan.

Kedodoran dan ketertekanan dialami oleh Anies pada saat debat terakhir dengan Ahok di Mata Najwa. Anies beberapa kali terlihat emosional dan tidak menjawab pertanyaan dengan tepat. Khususnya pertanyaan mengenai isu SARA yang dijadikan Anies serangan kepada Ahok. Debat pun menjadi tidak sehat lagi dan Anies yang sepertinya sadar sudah melakukan kesalahan tidak bisa lagi memperbaikinya.
Jadi, tidak heranlah kalau pada akhirnya kubu Anies-Sandi urung hadir dalam acara Rosi di Kompas TV. Apalagi, menurut info yang beredar, debat ini ternyata konsepnya adalah debat cawagub. Sudah acaranya debat, yang tampil ternyata adalah cawagubnya. Konsep debat ini sebenarnya sudah diprotes dan tim Anies-Sandi berharap bisa mengubah konsepnya menjadi talkshow.


Anies saja bisa babak belur begitu dalam acara Mata Najwa yang pertanyaan-pertanyaannya tidak bisa ditebak, apalagi kalau ini harus dialami Sandiaga, bisa nyungsep tuh elektabilitas. Apalagi ada pertanyaan dari warga melalui video yang pertanyaannya pasti akan sangat nyelekit menyerang Sandiaga. Wah, bisa terkoyak-koyak tuh semua isu yang ditutup-tutupi timses mengenai Sandiaga.

Semua yang rajin baca dan googling pasti tahulah siapa Sandiaga. Paling gampangnya lihat saja kasus yang saat ini sedang dihadapinya. Tidak akan jauh lah dari isu penggelapan dan lainnya. Belum lagi kelakuan buruk Sandiaga kepada Dewi Persik dalam suatu acara. Gelaplah kalau Sandiaga dipaksa debat, sendirian lagi.

Hal ini sebenarnya sudah menjadi sebuah penilaian tidak terbantahkan dalam pemilihan cagub dan cawagub DKI Jakarta, khususnya tentang cawagubnya. Pilihannya tidak sulit kalau kita waras memilihnya. Sesederhana memilih antara Haji atau pengemplang pajak. Mudah bukan?? Selamat memilih Jakarta.

Related Posts :

0 Response to "MENGEJUTKAN .. !! Ini Alasan Anies-Sandi Urung Hadiri Acara Rosi Di Kompas TV"

Post a Comment