Seperti pada 2007, acara Milad ke-9 FPI dimulai dengan Shalat Subuh berjamaah. Diteruskan zikir, tahlil dan ceramah maulid Nabi Muhammad SAW yang berlangsung hingga pukul 09.30 pagi. Diakhiri dengan pawai keliling Jakarta. Ketua Umum FPI Habib Rizieq Husein Shihab, ketika melepas pawai, meminta agar mereka tertib dan sopan.
Melihat begitu patuhnya para anggota FPI kepada ketua umumnya, saya teringat pada pemimpin Pandu Arab Indonesia, Husein Shihab, ayah Habib Rizieq Shihab. Pada awal 1950-an, Husein Shihab telah menghimpun para pemuda Arab untuk mengabdi pada bangsa melalui bidang kepanduan. Dia lebih dikenal dengan sebutan hopman kata Belanda untuk pemimpin kepanduan.
Seperti juga Habib Rizieq, ayahnya itu juga sangat cekatan dalam memimpin dan memberikan pengarahan kepada para pemuda yang tergabung dalam Pandu Arab Indonesia. Saya, yang juga menjadi anggota pandu ini lebih setengah abad lalu, membandingkan penampilan sang ayah dengan putranya yang kini memimpin ratusan ribu massa FPI menurut Rizieq anggota FPI di Indonesia sekitar lima juta orang.
Sangat jauh berbeda dengan penampilan sang ayah yang sering memakai jas dan dasi, putranya ini selalu mengenakan jubah dan sorban. ”Ayah saya memang modern dan orangnya sangat berbaur,” kata Habib Rizieq. Wajah pria kelahiran Agustus 1965 itu hampir sama dengan wajah almarhum ayahnya.
Sekalipun cara berpakaian dan berpikirnya modern, Husein Shihab sangat dekat dengan ulama Betawi terkemuka, Habib Ali Alhabsyi dari Kwitang, Jakarta Pusat. Pada acara-acara seperti Maulid Nabi, Isra Miraj dan menerima tamu asing, Habib Ali selalu meminta Husein Shahab yang fasih berbahasa Belanda menjadi MC. Acara-acara Pandu Arab yang dilakukan tiap Sabtu sore berlangsung di halaman Madrasah Unwanul Falah di Kwitang. Madrasah yang dibangun oleh Habib Ali pada 1911 ini telah melahirkan sejumlah ulama Betawi.
Habib Rizieq mengatakan ketika ayahnya meninggal dunia pada 1966, dia baru berusia 11 bulan. ”Jadi saya mengenalnya hanya dari foto,” katanya.
Husein Shihab lahir pada 1920-an. Sebelum meninggal di Polonia, Jatinegara, berkata kepada seorang anggota keluarganya, ”Tanyakan kepada putra saya ini, kalau sudah besar mau menjadi ulama atau jagoan? Kalau mau jadi ulama, didik agamanya dengan baik. Kalau mau jadi jagoan, berikan dia golok.”
Sejak itu, Rizieq dipindahkan ke Jatipetamburan. Ia meneruskan kuliah ke Riyadh University (kini King Saud University) Arab Saudi dan mengambil jurusan Studi Agama Islam (Fiqih dan Ushul). Setelah lulus S1, Rizieq meneruskan ke University Malaya, Kuala Lumpur, untuk lulus S2 bidang Syariat.
Ia juga menyelesaikan Studi Islam di Universitas Antar-Bangsa, Malaysia (S2). Di kampus yang sama, Rizieq pun lulus S3.
Menurut sejumlah teman almarhum Husein Shihab yang kini rata-rata berusia di atas 80 tahun, pemimpin Pandu Arab ini pernah bekerja di Rode Kruis (kini Palang Merah Indonesia) pada masa kembalinya Belanda setelah proklamasi kemerdekaan.
Husein, yang ketika itu masih berusia 20 tahunan, bekerja di bagian logistik. Di sini dia punya hubungan dengan para pejuang kemerdekaan. Dia banyak memberikan makanan dan pakaian untuk para pejuang yang ketika itu bergerilya di Jakarta dan sekitarnya.
Rupanya NICA (tentara Belanda) mengendus tingkah lakunya itu, karena ada kawannya sendiri yang tega mengkhianatinya dan melaporkannya pada NICA. Tanpa ampun lagi, Husein Shihab pun ditangkap. Kedua tangannya diikat dan ia diseret dengan kendaraan jip.
Di penjara dia divonis hukuman mati oleh Belanda. Tapi, berkat bantuan Allah, Husein berhasil lanjutkan...
0 Response to "Habib Rizieq Shihab Ternyata Masih Kerabat Dekat Pitung"
Post a Comment