Subhanallah ! Gubernur Jawa Barat Antusias Menyambut Menyebarnya NW di Bogor Jawa Barat | islam info


Berlokasi di daerah menanjak, nan jauh dari keramaian perkotaan, bukan menjadi masalah penghambat acara Milad ke 3 Pondok Pesantren Nurul  Haramain NW Bogor. Malah berbagai rangkaian acara mengundang antusiame warga sekitar untuk turut melebur dalam kegembiraan, sekaligus syiar Nahdlatul Wathan.

Diawali dengan Pawai, pawai menjadi momen tak terlupakan bagi peserta maupun masyarakat, pasalnya medan yang ditempuh bukan berada di trek lurus yang datar, tetapi jalanan desa yang kecil dan menanjak. Para peserta yang bermalam di pesantren harus turun dulu ke bawah menggunakan beberapa kendaraan sampai ke pasar dan memulai pawai dari situ.  di beberapa titik dekat jalan menuju pesantren, ada jalan berbatu dan becek.  
Meski begitu, semangat dari para peserta pawai tidak surut, Ustadz-ustadzah, santriwan- santriwati, satgas; yang merupakan para santri, Himmawan-Himmawati, tamu undangan, dan peserta lainnya, larut dalam jalan menanjak diiringi tabuhan Gendang Belek yang memicu antusiame warga sekitar.

Masyarakat Nampak berdiri di pinggir-pinggir jalan depan rumah mereka menyaksikan Gendang belek, sebuah kesenian dari Lombok, yang tentunya berbeda dengan kesenian di Negeri Pasundan ini. Masyarakat pun tidak ingin melewatkan momen ini, foto-foto menjadi hal yang tak terlewatkan.



Tidak habis dengan gendang belek, aksi marching band juga memukau warga, tabuhan demi tabuhan, petikan, tiupan, yang berharmonisasi,  memberikan semangat, kegembiraan hati, dan pemandangan yang jarang didapatkan warga sekitar.

Pawai pun  berakhir di pesantren.  Di tempat acara, sudah ramai dengan warga, wali santri, para peserta pawai,  tidak ketinggalan para pedagang kaki lima menjajakan berbagai makanan dan barang lainya, di pinggir jalan. Mereka semua siap menantikan kedatangan sosok kebanggaan, Ketua PBNW,  Dr. Zainul Majdi, MA. , yang katanya masih berada di jalan.

Tuan Guru Bajang masih dengan formasi sebelumnya, satgas  di kedua sisi jalan, berjalan menuju tempat acara. Di tempat acara, Tuan Guru Bajang tampak tersenyum dan memberikan tepuk tangan, ia disambut kumpulan anak karate yang memamerkan kemampuan mereka sebagai bentuk sambutan.



Selepas itu, Tuan Guru Bajang menyalami anak-anak tangguh tersebut. Tidak cukup anak-anak karate, ternyata di barisan kedua, Tuan Guru Bajang dipertontonkan aksi satgas yang membentuk formasi menjulang ke atas, dan di pucuk seorang satgas yang berbadan kecil membawa bendera Nahdlatul Wathan, TGB tampak tersenyum dan memberikan tepuk tangan; sambutan yang meriah.
Tempat acara pun ramai, tenda kecil yang disediakan dengan beberapa kursi tidak cukup menampung para hadirin; ibu-ibu sampai duduk beralaskan terpal di hadapan kursi, pun begitu dengan yang mendapatkan kursi, tampak sangat berdekatan.  ada yang duduk di pendopo, saung, dan beberapa tempat di sekitar acara,  para satgas dengan aksi cepat menambah kursi dan membuat tenda dari terpal, agar para hadirin bisa duduk, suasana ramai dan meriah tercipta meski berada di kaki Gunung Salak.

Satu-persatu tamu-tamu berdatangan, para tokoh agama dan para pejabat lainnya juga berdatangan,  sampai akhirnya, tim marawis dari Pondok Pesantren NW Cakung mengikuti Pihak Pesantren dan beberapa pejabat menyambut Tuan Guru Bajang—Sapaan akrab Gubernur NTB Ini—di gerbang masuk pesantren.

Nampak, mobil yang ditumpangi TGB dikawal oleh seorang polisi dengan motor gedenya. Tuan Guru Bajang turun dari mobil, bersongkok putih, surban yang diikat di kepala, berkacamata dengan gagang merah, berkemeja putih, dan berjas hitam, menjadi khas penampilan beliau akhir-akhir ini. Tuan Guru Bajang  memberikan salam kepada para penyambut. Tabuhan marawis mengiringi, sembari beberapa orang terus bersalaman.

Tuan Guru Bajang terus berjalan menuju lokasi acara, para Satgas mengawal beliau dari dua sisi, sampai pada suatu titik, dimana akan dibangun asrama santri, TGB diminta untuk melakukan peletakan batu pertama. Dengan sigap TGB membuka jas dan menyingsingkan lengan baju, lalu meletakkan dua buah batu di lubang yang sudah disediakan.  Selesai  itu, TGB berdoa diikuti yang lainnya.


Rangkaian penampilan demi penampilan diselingi tepuk tangan meriah para hadirin, karena melihat aksi santriwan dan santriwati yang mengagumkan.  Diawali penampilan marawis  Saung Qur’an lengkap dengan formasi-formasi dan tepukan-tepukan riang mereka.

Disusul dengan pidato tiga bahasa yang mencengangkan. Pasalnya, pidato tiga bahasa tidak melingkupi bahasa Indonesia; malah inggris, arab, dan china. Masyarakat semakin dipukau, arab dan inggris lumrah di pesantren-pesantren saat-saat ini; tetapi santri pondok pesantren Nurul Haramain NW Bogor menggunakan bahasa china dalam pidatonya, itu menjadi  kebanggan tersendiri  bagi pesantren.

Usai penampilan pidato, ibu-ibu majlis taklim dari kebagusan tidak mau kalah, mereka menampilkan aksi yang mendapat pujian dari Tuan Guru Bajang.  Kemudian, Gendang Belek juga kembali ditampilkan di atas panggung.

Penampilan-penampilan tersebut nyatanya merupakan pra-acara. Acara pun dibuka dengan lantunan surah ar-Rahman dari santriwati, kemudian pembacaan shalawat nahdlatain.  Selanjutnya, nyanyian “Kami Benihan Nahdlatul Wathan” yang dibawakan oleh Haramain Voice—yang merupakan santriwan dan santriwati—menambah semangat dan meriahnya acara. 

Selesai penampilan tersebut, barulah sambutan-sambutan dari berbagai pihak dimulai. Sambutan pertama diberikan kepada pak Jasmansyah sebagai Pengurus Wilayah NW Jawa Barat, dia memaparkan berbagai hal terkait apa yang telah dilakukan PW NW Jawa Barat dalam penyebaran NW. 

tindakan sosialisasi, rumah ke rumah,  melakukan komunikasi dengan alumni-alumni NW yang tersebar di Jawa Barat, mengajak jamaah ikut hultah, dan bekerja sama dengan para tokoh agama setempat,  menjadi ikhtiar PW NW Jawa Barat dalam menyebarkan Nahdlatul Wathan.

Selepas sambutan pertama, sambutan kedua cukup menarik, pasalnya, Ummi Kaltsum yang diberikan waktu untuk sambutan, selain menjelaskan perihal pondok pesantren, ia juga  mengajak para hadirin untuk menyumbang, beberapa hadirin maju ke depan memberikan amplop. Tidak ketinggalan, Pak Rosyadi Sayuti yang membisikkan, bahwa Tuan Guru Bajang menyumbang sebesar 10 juta dan PW NW NTB menyumbang sebesar 7,5 juta.  Ummi Kaltsum mengajak semua untuk menyumbang baik santri, panitia, dan hadirin, berapa pun itu. Sembari mengutip perkataan KH. Abdullah Syafii, yang mengajak menyumbang hatta sebiji paku. Sambutan singkat diikuti aksi sumbangan itu pun berakhir, cukup banyak sumbangan yang didapatkan untuk pembangunan pesantren ke depan.

Acara berlanjut kepada sambutan Gubernur Jawa Barat yang diwakilkan karena berhalangan hadir. Dalam sambutannya, Gubernur Jawa Barat mengapresiasi pondok pesantren Nurul Haramain, meski dalam umur 3 tahun, pondok pesantren Nurul Haramain telah berkontribusi di dalam menyebarkan islam dan pembangunan umat.


Usai sambutan Gubernur Jawa Barat tersebut, bukan langsung menjadi waktu Tuan Guru Bajang, Para hadirin harus bersabar, karena para hadirin dipertontonkan tari saman dulu, yang langsung dibawakan para santriwati. Unik, tari saman yang sejatinya berasal dari aceh, tepatnya suku gayo, dibawakan di tanah pasundan oleh orang sunda.

Tari saman itu cukup mengundang perhatian, gerakan demi gerakan yang lincah serta lantunan syair, terus ditampilkan para santriwati. Di beberapa saat ketika lagu berhenti, ada suara “yikkkk” yang mengundang gelak tawa ibu-ibu. Penampilan tari saman itu berakhir dengan tepuk tangan meriah dari para hadirin.
Selepas tari saman, Tuan Guru Bajang lalu tampil untuk memberikan tausyiah. Tuan Guru Bajang sangat mengapresiasi dan memuji penampilan-penampilan yang ditampilkan pada acara tersebut.  Tuan Guru Bajang mengomentari penampilan-penampilan yang membawa para hadirin, awalnya dari tionghoa ke Lombok, lalu, ke Sumatra.


Tuan Guru Bajang bercerita mengenai pengalamannya berada di China beberapa hari lalu, ia mengungkapkan, ternyata di salah satu provinsi di China—Provinsi Ningsin—ada banyak  umat islam dan pintar berbahasa arab, Tuan Guru Bajang Bersyukur, di Pondok Pesantren Nurul Haramain ternyata ada yang bisa berbahasa Tionghoa.

Acara ini juga membawa kita ke Lombok dengan Gendang Beleknya, Tuan Guru Bajang mengatakan, kalau dilihat para pemain gendang belek menggunakan sapok; sapok itu tidak sama dengan sapok yang kenakan orang Bali. Sapok orang Lombok di depannya, ada ikatan angka satu yang menjulang menghadap ke atas, itu menunjukkan “lailaha illallah”.

Lalu, acara ini membawa kita ke Sumatera, Tuan Guru Bajang berkomentar, bahwa tari saman merupakan seni islam yang indah; itu menunjukkan islam mencintai keindahan. Melihat penampilan-penampilan tersebut Tuan Guru Bajang  mengatakan “agama dan budaya bisa berjalan seiring”, tentunya budaya yang diisi dengan hal-hal baik.

Pada kesempatan yang baik itu, Tuan Guru Bajang juga mengijazahkan hadis kepada para hadirin, guna ketersambungan sanad keilmuwan dengan beliau. Menurut Tuan Guru Bajang, Ketersambungan sanad adalah hal yang penting.


Beliau juga menyampaikan pesan kepada para orang tua, untuk memberikan hal-hal yang positif kepada anak-anak mereka. Anak-anak harus dijauhkan dari mendengarkan dan melihat hal-hal yang negatif. Bagi Tuan Guru Bajang, dengan begitu, anak-anak kita akan terjaga.

Ada banyak pesan yang disampaikan Tuan Guru Bajang,  pada akhirnya ia mengajak untuk NW fil khair, NW Fastabiqul Khairat. Ia juga menegaskan NW siap bekerja sama dengan siapa pun untuk kebaikan.
Sesi terakhir ditutup dengan pemberian cinderamata kepada Tuan Guru Bajang dan para pemuka agama. Komentar Tuan Guru Bajang, dari ribuan pesantren NW yang tersebar di 12 provinsi, hanya Nurul Haramain NW Bogor yang memberikan cinderamata. Komentar tersebut disusul tepuk tangan para hadirin.  Terakhir, TGH. Yusuf Ma’mun menutup dengan doa pusaka.

Desa di kaki Gunung Salak, ramai dengan acara Pondok Pesantren Nurul Haramain NW Bogor. Milad yang sukses, meriah, dan memberikan pesan-pesan yang baik dari tausyiah TGB.








Related Posts :

0 Response to "Subhanallah ! Gubernur Jawa Barat Antusias Menyambut Menyebarnya NW di Bogor Jawa Barat | islam info"

Post a Comment